Dari Punchline ke Pengakuan Diri, Suka Duka Tawa Menantang Penontonnya

Dari Punchline ke Pengakuan Diri, Suka Duka Tawa Menantang Penontonnya

Google News Icon

BERANDANEWS.NET, MAKASSAR – Di tengah banjir film komedi yang sering kali berhenti pada tawa instan, Suka Duka Tawa hadir dengan keberanian yang patut dicatat. Film debut panjang sutradara Aco Tenriyagelli ini tidak menempatkan komedi sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk membedah luka. Penayangan perdana trailer dan poster film ini di Makassar, Minggu 28 Desember 2025, terasa seperti pernyataan sikap: bahwa film ini ingin dibaca lebih dalam, bukan sekadar ditertawakan.

 

Kisahnya berpusat pada Tawa, seorang komika perempuan yang hidup dari kemampuan menertawakan dirinya sendiri. Di atas panggung, luka masa kecil, kehilangan figur ayah, hingga kepahitan hidup, diolah menjadi materi lawakan yang mengundang tawa penonton. Namun film ini dengan cermat mempertanyakan satu hal: sampai kapan luka bisa disamarkan menjadi hiburan?

 

Rachel Amanda memerankan Tawa bukan sebagai sosok korban, melainkan individu yang memilih bertahan dengan cara yang ia miliki. Aktingnya dalam trailer menunjukkan lapisan emosi yang kompleks, antara percaya diri di hadapan mikrofon dan kerapuhan saat lampu panggung padam. Tawa tertawa bukan karena hidupnya lucu, melainkan karena itu satu-satunya cara untuk tetap berdiri.

 

Ketegangan utama muncul ketika Keset, ayah yang menghilang selama 20 tahun, kembali tanpa aba-aba. Teuku Rifnu Wikana menghadirkan sosok ayah yang tidak digambarkan hitam-putih. Ia hadir bukan sebagai penjahat mutlak, melainkan manusia dengan masa lalu dan kesalahan yang belum selesai. Kehadirannya merobek keseimbangan yang selama ini dijaga Tawa dan ibunya, diperankan Marissa Anita dengan ketenangan yang menyimpan kemarahan laten.

 

Di titik inilah Suka Duka Tawa menunjukkan ketajamannya. Film ini tidak terburu-buru menggurui soal rekonsiliasi. Ia justru memaksa penonton untuk duduk dalam ketidaknyamanan, mempertanyakan apakah memaafkan selalu menjadi pilihan yang paling bermoral, atau sekadar tuntutan sosial yang dibebankan kepada korban.

 

Pilihan untuk menempatkan dunia stand up comedy sebagai latar bukan tanpa risiko. Komedi, yang lazimnya menawarkan katarsis cepat, di sini dihadapkan pada batasnya sendiri. Lawakan-lawakan Tawa terasa semakin getir ketika disandingkan dengan konflik keluarga yang sunyi dan personal. Tawa penonton di bioskop berpotensi berhadapan dengan rasa bersalah: apakah kita sedang menikmati penderitaan orang lain yang dibungkus sebagai hiburan?

 

Nuansa ini diperkuat dengan penggunaan lagu Bunga Maaf dari The Lantis, yang tidak sekadar menjadi pemanis emosional, tetapi menegaskan tema utama film tentang permintaan maaf yang tak selalu datang pada waktu yang tepat. Musik, seperti halnya komedi, menjadi ruang antara keinginan untuk melupakan dan kebutuhan untuk mengingat.

 

Kehadiran para komedian lintas generasi seperti Pandji Pragiwaksono, Bintang Emon, Arif Brata, Gilang Bhaskara, hingga Abdel Achrian dan Mang Saswi, memberi konteks yang lebih luas tentang evolusi dunia komedi Indonesia. Namun film ini tidak terjebak pada parade bintang. Mereka hadir sebagai ekosistem, bukan pusat cerita, menegaskan bahwa fokus utama tetap pada perjalanan batin Tawa.

 

Produser Tersi Eva Ranti menyebut film ini sebagai pertemuan berbagai kontras, dan pernyataan itu terasa akurat. Suka Duka Tawa bergerak di antara lucu dan getir, populer dan personal, ringan dan berat. Aco Tenriyagelli tampak sadar betul bahwa debutnya harus memiliki sikap, bahkan jika itu berarti tidak menyenangkan semua orang.

 

Suka Duka Tawa dijadwalkan tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 8 Januari 2026. Film ini tidak menjanjikan tawa tanpa beban. Sebaliknya, ia menawarkan pengalaman menonton yang menantang, sebuah ajakan untuk melihat bahwa di balik setiap lelucon, sering kali tersembunyi cerita tentang kehilangan, kemarahan, dan keberanian untuk jujur pada diri sendiri.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button