Dari Limbah Jadi Nilai: ZAPA Emas Tampil Mengesankan di The Inclusive Innovation Repertoire 2025
MAKASSAR, BERANDANEWS.NET – Inovasi berbasis sains dan teknologi kembali menunjukkan perannya sebagai penggerak ekonomi dan sosial masyarakat. Dalam ajang The Inclusive Innovation Repertoire 2025 yang digelar Direktorat Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Tim Riset Berdikari ZAPA Emas dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan berhasil meraih penghargaan sebagai Tim Periset Program Berdikari Terbaik.
Penghargaan ini diberikan atas capaian riset yang dinilai berdampak nyata. Program ZAPA Emas (Zat Pewarna Alam Ekonomi Mandiri Sejahtera) mampu meningkatkan pendapatan masyarakat hingga 26 persen, nilai jual produk sebesar 30 persen, serta melibatkan 18 keluarga, 31 mahasiswa, dan 840 orang dari 23 komunitas dan organisasi. Dari sisi lingkungan, riset ini berhasil mengolah lebih dari 100 kilogram limbah pertanian menjadi pewarna alami ramah lingkungan.
Ketua Tim Riset, Dr. Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP., MP., menegaskan bahwa inovasi yang dibangun melalui program Berdikari tidak berhenti pada teknologi semata. “Inovasi bukan sekadar tentang teknologi, tetapi menjadi lokomotif hidup yang siap dititipkan di setiap wilayah. Kami siap menitipkan lokomotif ini, silakan setiap daerah menciptakan SDM yang mampu mengadopsinya sebagai mesin sosial menuju percepatan ekonomi mandiri,” ujarnya.
Apresiasi juga disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto, yang menyempatkan berdiskusi dengan tim periset ZAPA Emas. Ia optimistis sains dan teknologi dapat menjadi katalisator kemajuan bangsa. “Dalam produk wastra, selalu ada kisah yang diangkat. Tantangannya bukan hanya berhenti pada prototipe, tetapi bagaimana riset itu terkomersialisasi dan menghasilkan omzet yang tinggi,” pesan Brian kepada tim periset.
Dukungan internasional turut datang dari Prof. Anil Kumar Gupta, ilmuwan terkemuka yang menjadi narasumber utama dalam forum tersebut. Ia memberikan apresiasi khusus terhadap riset pewarnaan alam berbasis limbah pertanian dan meluangkan waktu berdiskusi mendalam selama kurang lebih 20 menit bersama Zulfitriany dan mitra riset, Nurlaela Buhari. Diskusi tersebut menyoroti pentingnya teknologi hijau yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal.
The Inclusive Innovation Repertoire 2025 menampilkan jejak langkah 137 riset dari berbagai daerah di Indonesia. Produk ZAPA Emas tampil sebagai salah satu solusi konkret pengelolaan limbah pertanian yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomi dan memberdayakan masyarakat desa. Riset ini merupakan hasil kolaborasi tiga perguruan tinggi vokasi di Sulawesi Selatan, yakni Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan, Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan Politeknik Bosowa.
Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pameran inovasi, melainkan bentuk akuntabilitas publik dan penguatan reputasi kelembagaan. Melalui Repertoar Saintek, pemerintah mendorong diseminasi hasil riset, pemanfaatan teknologi, kemitraan multipihak, serta peningkatan kapasitas masyarakat sebagai fondasi ekosistem saintek nasional yang berkelanjutan.
Kehadiran ZAPA Emas di panggung nasional, termasuk pada pameran Knowledge Sharing and Technology Innovation di Bandung Agustus 2025 lalu, menjadi penanda bahwa inovasi berbasis lingkungan dari daerah memiliki daya saing dan relevansi kuat dalam agenda besar kemandirian nasional.







